Peneliti dari Inggris berhasil membuat perangkat lunak untuk mengenali wajah dengan lebih sempurna. Alamat buruk bagi para teroris yang piawai gonta-ganti penampilan.
Ini peringatan buat Noordin M Top dan para gembong teroris lainnya yang piawai bergonta-ganti wajah. Belum lama ini, sejumlah peneliti dari Inggris berhasil membuat perangkat lunak yang mampu membaca wajah "asli" seseorang. Alhasil, meski sang buronan telah mereparasi muka berkali-kali, komputer akan tetap bisa mengenali foto diri yang sebenarnya. Bahkan, meskipun perubahan itu telah dilakukan 15 tahun sebelumnya.
Adalah Rob Jenkins dan Mike Burton, dua orang pakar psikologi dari Universitas Glasgow, Inggris, yang terinspirasi untuk menemukan software tersebut. Awalnya, mereka mendapatkan fakta bahwa manusia lebih mudah mengenali wajah seseorang dari beberapa foto yang diberikan daripada hanya sebuah.
Rupanya, hikmah di balik kesimpulan itu adalah manusia bisa mengenali karena melihat atau menganalisis dari sudut dan suasana yang berbeda. "Kami," demikian Jenkins dan Burton, "Terinspirasi untuk membuat gambar khusus yang merupakan ?rata-rata' dari sejumlah foto seseorang." Gambar sintesis itulah yang kemudian menolong perangkat lunak pengenal wajah untuk melakukan tugasnya sehingga menjadi lebih mudah.
Untuk membuktikan hasil kerjanya itu, kedua peneliti tersebut memasukkan foto tunggal sejumlah artis laki-laki pada layanan online MyHeritage.com. Ini adalah website yang memiliki data ratusan foto artis di seluruh dunia. Orang dapat meng-input fotonya untuk membandingkan dan menemukan orang terkenal mana yang paling mirip dengan dirinya.
Website itu digawangi oleh program pengenal wajah yang dikenal dengan nama FaceVACS. Ini adalah perangkat lunak pembaca raut muka terbaik berdasarkan pengujian US National Institute of Standards and Technology pada tahun 2006.
Jenkins and Burton persisnya memasukkan foto 25 orang terkenal–mulai dari Bill Clinton hingga Jack Nicholson–untuk menguji apakah MyHeritage mengenali mereka secara tepat. Rupanya, dengan data tak kurang dari 450 gambar wajah, hanya 54 persen dari foto yang dimasukkan oleh para peneliti itu yang berhasil dikenali.
Foto-foto yang tak berhasil dikenali itu lantas diolah sehingga didapatkan gambar "rata-rata"-nya. Setelah foto "komposit" itu dimasukkan kembali ke MyHeritage, perangkat lunak itu mengenali hampir semuanya (80 persen). "Ini adalah untuk pertama kali software mengenali foto dengan sejumlah elemen, seperti pencahayaan dan pose yang tak dikontrol," kata Jenkins. "Ini seperti mekanisme bagaimana manusia mengenali obyek yang dilihat," imbuhnya.
Salah satu bagian fundamental dari pembuatan foto komposit itu adalah dibuangnya faktor pencahayaan dan pose yang sering kali membedakan foto yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain, teknik tersebut mengekstrak bagian-bagian yang paling esensial dari wajah seseorang. "Benar bahwa sejumlah informasi akan hilang, namun justru bagian informasi itu yang tak diperlukan," terang Jenkins.
Teknik pembuatan wajah rata-rata itu persisnya mengidentifikasi ciri paling khusus dan rahasia dari sebuah foto wajah, misalnya sudut mata dan bibir. Sementara, jika foto menampilkan seseorang dengan sudut yang berbeda, maka sistem akan mengoreksi gambar sehingga ciri khusus antara beberapa foto akan tampak. Akhirnya beberapa foto itu akan digabungkan dan dihasilkan foto sintesis.
Dengan penerapan teknik foto sintesis pada passport atau dokumen identitas lainnya, kata Jenkins, maka proses pengamanan, misalnya di Bandara, akan menjadi lebih maksimal. Bahkan, meski foto komposit itu dibuat 15 tahun lalu, maka tetap saja wajah seseorang dapat dengan mudah untuk dikenali.
Jonathon Phillips, peneliti dari National Institute of Technologies and Standards, Amerika Serikat, pada tahun 2006 sejatinya juga melakukan penelitian yang sama. Namun, dia menggunakan faktor yang sangat terkontrol, misalnya resolusi gambar mesti tinggi dan subyek harus menghadap kamera dengan pencahayaan yang telah ditentukan.
Phillips mengungkapkan, ketika itu tim yang dipimpinnya berhasil membuat sistem yang berhasil memadukan dua teknik yang selama ini berkembang secara bersamaan, yakni koreksi pada foto non-frontal dan membuat rata-rata gambar wajah. "Namun, untuk mengaplikasikan teknik tersebut diperlukan bank data yang cukup besar," urainya. (Trust//mbs)
Intelijen Bisa Memata-matai Warga
Pada akhir tahun 2006, Jan Erik Solem, peneliti sari Swedia, berhasil menemukan Polar Rose. Ini adalah sistem pencari gambar di internet yang dapat merekonstruksi bentuk tiga dimensi wajah manusia, dan sekaligus mengombinasikan dengan ciri khususnya untuk menghasilkan sebuah foto dua dimensi yang unik.
Selama ini, ujar Solem, mesin pencari data di internet sebenarnya hanya bisa mencari gambar berdasarkan teks yang menyertainya. Singkat kata, mesin itu buta terhadap gambar. Tapi, Polar Rose tidak. Bahkan, sistem ini bisa membuat model tiga dimensi dari sebuah foto dua dimensi. "Kami menggunakan metode statistik untuk mengerjakan hal itu," terangnya.
Nordic Venture Partners, perusahaan asal Negeri Skandinavia itu, bersedia mendanai pengembangan Polar Rose tak kurang dari USD5,3 juta. Sistem ini merupakan yang pertama di dunia, dan Erik Solem percaya dapat menyaingi mesin pencari yang sudah ada sebelumnya. "Belum ada search engine seperti ini. Jika ini sukses, kami akan bersaing dengan raksasa, seperti Google, Microsoft, dan Yahoo," ungkapnya percaya diri.
Erik Solem juga berkeyakinan bahwa teknologi yang dikembangkannya itu dapat diterapkan di dunia game. Teknologi ini memungkinkan memasukkan obyek-obyek ke dunia maya hanya dengan mengambil fotonya. Jadi, teknologi ini semakin mempermudah dan menghemat biaya karena selama ini pembuatan obyek 3D di sebuah game dibuat secara manual.
Namun, di balik kemudahan itu, muncul pula kekhawatiran. Yaman Akdeniz, aktivis yang gencar menyuarakan tentang privasi, mengatakan bahwa sistem pencarian gambar via internet itu bisa jadi menolong untuk mencari penjahat. Tapi, di sisi lain teknologi itu bisa digunakan untuk membongkar data pribadi seseorang, bahkan dimanfaatkan oleh aparat intelijen guna memata-matai warganya. (Trust//mbs)
Sumber : Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar